
Detelah sebelumnya seorang salik (penempuh jalan spiritual) melalui tahapan menjaga diri dari makanan haram, maka tahapan selanjutnya adalah menjaga rasa malu. Rasa malu adalah salah satu akhlak mulia yang sangat berpengaruh dalam perjalanan ruhani menuju Allah ﷻ.
A. Definisi Rasa Malu
Secara bahasa, malu berarti at-taubah wal himsyah (penuh taubat dan sopan santun). Adapun secara istilah, Imam Ibnu Hajar mendefinisikan malu sebagai:
خُلق يبعث صاحبه على اجتناب القبيح ويمنع من التقصير في حق ذي الحق
“Malu adalah akhlak/tabiat yang mendorong seseorang untuk menjauhi hal-hal keji dan mencegah dari meremehkan hak orang yang berhak.” (Fath al-Baari, 1/68)
B. Rasa Malu yang Salah
Menurut Sayyid Abdul Wahhab al-Sya’rani, yang dimaksud dalam tahap ini adalah rasa malu yang muncul karena sifat sombong. Misalnya, seseorang merasa malu untuk ikut berjamaah dengan masyarakat awam karena menganggap dirinya seorang pembesar. Padahal, rasa malu yang lahir dari kesombongan justru menghalangi seorang salik menuju Hadirat Ilahi.
Sayyid ‘Umar bin al-Faridh menuturkan dalam syairnya:
تَمَسَّكْ بِأَذْيَالِ الْهَوَى وَاخْلَعِ الْحَيَا وَخَلِّ سَبِـيْلَ النَّاسِكِيْنَ وَإِنْ جَلُّوْا
“Kuasailah hinanya nafsu, buanglah rasa malu. Ikuti jalan orang-orang yang menuju pada-Nya, meski kedudukan mereka tinggi.”
C. Cara Menghilangkan Rasa Malu yang Salah
Untuk menghilangkan rasa malu yang berasal dari kesombongan, Syaikh Muhammad memerintahkan murid-muridnya agar berdzikir dengan suara keras di pasar, jalan-jalan, dan tempat-tempat terbuka. Dzikir yang dilantunkan di hadapan banyak orang akan menghancurkan ego dan menundukkan nafsu. Tanpa bisa menundukkan kesombongan dan rasa malu yang salah, seorang salik tidak akan sampai kepada Allah ﷻ.
Kesimpulan
Dengan demikian, seorang salik harus menjaga rasa malu yang benar, yakni malu untuk bermaksiat kepada Allah, dan membuang rasa malu yang lahir dari kesombongan. Rasa malu yang salah hanya akan menjadi penghalang dalam perjalanan menuju Allah ﷻ.
➡️ Tahapan Salik selanjutnya setelah Menjaga Rasa Malu, adalah Tudak Curang dalam Pekerjaan. Simak penjelasan selengkapnya dalam artikel: Tidak Curang dalam Pekerjaan Menurut Islam.
FAQ tentang Rasa Malu dalam Islam
Rasa malu adalah akhlak yang mendorong seseorang untuk menjauhi perbuatan keji dan menjaga hak orang lain. Malu merupakan cabang iman yang harus dijaga.
Tidak. Malu yang muncul karena kesombongan, misalnya enggan beribadah bersama orang awam, justru tercela. Malu yang benar adalah malu untuk berbuat dosa dan melanggar perintah Allah.
Caranya dengan melatih diri merendahkan nafsu, berdzikir di tempat umum untuk menundukkan ego, dan membiasakan hati merasa takut hanya kepada Allah, bukan kepada pandangan manusia.
Daftar Pustaka
- Al-Minah al-Saniyyah ‘ala al-Washiyyah al-Matbuliyyah, Syaikh Abdul Wahhab Al-Sya’rani