ZHsUuqapmVq6WEAviVpqkm2vfcrvCXMDInLmHdSj

KEUTAMAAN MEMBACA DAN MENGHAFAL AL-QUR'AN

Daftar Isi [ Buka ]
Keutamaan Membaca Quran

Assalamualaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh

A.  Keutamaan Membaca dan Menghafal Al-Qur'an


Ihkwani Fillah,  berikut ini adalah keutamaan-keutamaan membaca dan menghafal Al Qur’an yang disertai dalil-dalil penguat yang ditulis oleh Imam Nawawi dalam kitabnya At-Tibyaan fii Adaabi Hamalati al-Quran. Kami kutip bahasan ini agar dapat diambil manfaat besar oleh segenap kaum muslimin. Mudah-mudahan Allah membimbing kita semua ke jalan yang diridhoi-Nya

  1. Merupakan perniagaan/ perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتۡلُونَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرۡجُونَ تِجَٰرَةً لَّن تَبُورَ يُوَفِّيَهُمۡ أُجُورَهُمۡ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضۡلِهِۦٓ إِنَّهُۥ غَفُورٌ شَكُور

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah swt dan mendirikan sembahyang dan menafkahkan sebagian dari rizki  yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah swt menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari anugerah-Nya. Sesungguhya Allah swt Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS Fathir [35] :29-30)

Ibnu Katsir menyebutkan bahwa QS. Fathir : 29-30 ini sebagai ayatul qurro, yakni ayatnya para pecinta al-Quran, dimana cinta bukan sekedar sayang tapi juga dibaca, dipelajari, dipahami dan diamalkan, bahkan diajarkan.

Dua ayat ini memberikan sebuah permisalan tentang suatu perniagaan yang tidak akan pernah mengalami kebangkrutan/ kerugian. Ada 3 syarat utamanya yang terkandung dalam ayat ini : (1) selalu membaca kitab Allah (Al Quran); (2) mendirikan shalat; dan (3) bersedekah / Infaq

Syaikh Ar-Rozi dalam kitab tafsirnya menjelaskan, bahwa kehidupan manusia di dunia ibarat orang yang sedang berbisnis. Pelakunya bisa menderita kerugian, bisa pula memperoleh keuntungan. Namun, kerugian dan keuntungan yang hakiki akan di terima di akhirat nanti. 

  1. Merupakan amal terbaik 
 خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik kalian ialah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Khithob / sasaran bicara hadis ini ditujukan secara umum kepada umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallama bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang mempunyai dua sifat yang disebutkan dalam hadis di atas, yakni orang yang belajar al-Qur'an dan mau mengamalkannya.

  1. Tetap mendapatkan pahala meskipun bacaan Qur'annya tidak lancar
اَلَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ يَتَتَعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌ لَهُ أَجْرَانِ

“Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir melakukannya, akan bersama para malaikat mulia nan baik. Adapun orang yang terbata-bata dan kesulitan dalam membacanya dia akan mendapat dua pahala.” (HR.Bukhari-Muslim)

Hadis ini mengandung maksud :
  • Anjuran membaca al-Qur'an dan menghafalnya, meskipun hal ini dirasa berat/ sulit bagi sebagian orang. Sekaligus menjelaskan ada 2 martabat / tingkatan dalam hal ini :
Pertama, seorang yang belajar membaca al-Qur'an dan sungguh-sungguh menghafalnya sehingga terasa mudah baginya. Mereka akan bersama malaikat-malaikat Allah yang mulia kelak di akhirat. Para ulama berkata : tingkatan pertama ini adalah tingkatan paling utama
Kedua, seorang yang merasa kesulitan saat belajar membaca al-Qur'an dan menghafalnya. Maka baginya 2 pahala, yakni pahala membaca dan pahala kesulitannya
  • Anjuran agar kita merasa senang dengan membaca al-Qur'an di waktu siang dan malam. Juga jangan sampai melupakan pentingnya menghayati, memahami makna dan maksud ayat-ayat yang dibaca
  • Anjuran untuk setiap muslim untuk belajar al-Qur'an dan memperbagus bacaannya

  1. Diibaratkan seperti buah utrujjah yang harum baunya dan enak rasanya
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الأُتْرُجَّةِ؛ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ, وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ؛ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ, وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ؛ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ, وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ

“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang tidak berbau sedang rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah raihanah yang baunya harum sedang rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit.” (HR. Bukhari & Muslim)

Ibnu Hajar al Asqalaniy dalam kitab Fathul Bari, memberikan komentar mengenai kenapa Utrujjah yang dipilih untuk perumpamaan diatas. Hikmah pengkhususan Utrujjah sebagai perumpamaan karena Utrujjah kulitnya dapat digunakan sebagai obat. Dari bijinya juga dapat dihasilkan minyak yang punya ragam manfaat. Ada juga yang mengatakan bahwa jin tidak akan mendekat ke sebuah rumah yang didalamnya terdapat Utrujjah. Maka sangat cocok bila Al-Quran diumpamakan dengannya yang mana setan tidak akan mendekat padanya. Kulit bijinya berwarna putih yang juga selaras dengan hati seorang mukmin. Beberapa keistimewaan lainnya adalah besar bentuknya, indah penampilannya, warnanya yang menyenangkan, dan lembut bila disentuh. Bila dimakan terasa lezat, sedap aromanya, mudah dikunyah dan juga dapat membersihkan lambung.

  1. Diangkat derajatnya
إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ  

“Sesungguhnya Allah swt mengangkat derajat beberapa golongan manusia dengan kalam ini (al-Qur'an) dan merendahkan derajat golongan lainnya.” (HR. Bukhari & Muslim)

Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari-nya menjelaskan maksud hadis ini bahwa seorang yang mengamalkan al-Qur'an akan diangkat derajatnya baik di dunia maupun di akhir. Di dunia, ia akan mendapatkan kedudukan yang mulya dan reputasi yang baik. Sedangkan di akhirat, ia akan dimasukkan ke surga

  1. Menjadi syafaat di akhirat
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

“Bacalah Al-Qur’an karena dia akan datang pada hari Kiamat sebagai juru syafaat bagi pembacanya.” (HR. Muslim)

Dari hadits di ini dapat dipahami bahwa kebenaran syafaat Al-Qur’an kelak di hari kiamat memang nyata dan tidak terbantahkan. 

Namun, tentu untuk mendapatkan  syafaat Al-Qur’an, seseorang harus memiliki hati yang selalu terikat kuat dengan Al-Qur’an, menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk, pemimpin dan pedoman dalam hidupnya. Tapi, apabila Al-Qur’an hanya dijadikan penghias dinding dan lemari, tidak diamalkan isi kandungannya, maka ia akan menarik pemilik dan pembacanya ke dalam kobaran api neraka. Sebab Al-Qur’an memiliki dua dimensi dan fungsi yang berbeda dalam waktu yang sama; memberi syafaat atau melaknat.

  1. Pantas dicemburui
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ، رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ، فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَآنَاءَ النَّهَارِ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا، فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَآنَاءَ النَّهَارِ

“Tidak boleh iri hati, kecuali kepada dua orang: yaitu seorang yang dipahamkan oleh Allah tentang al-Qur-an kemudian dia membacanya di waktu malam dan siang hari dan seorang yang dianugerahi Allah swt harta, kemudian dia menafkahkannya sepanjang malam dan siang.” (HR. Bukhari & Muslim) 

Maksud “iri/cemburu” dalam hadits ini adalah iri yang benar dan tidak tercela, yaitu al-gibthah, yang artinya menginginkan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain tanpa mengharapkan hilangnya nikmat itu dari orang tersebut

  1. Mendapatkan pahala yang berlipat
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ (الـم) حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Barangsiapa membaca satu huruf Kitab Allah, maka dia mendapat pahala satu kebaikan sedangkan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif, satu huruf dan Lam satu huruf serta Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi)

Jelas sekali bahwa hadis ini menunjukkan bahwa orang yang membaca al-Quran akan mendapatkan pahala yang berlipat. Tentunya hadis ini harus menjadi motivasi untuk kita semua untuk membiasakan baca Qur'an, karena pahalanya dihitung per huruf

  1. Dijanjikan mendapatkan pemberian yang lebih baik dari Allah
 مَنْ شَغَلَهُ الْقُرْآنُ وَذِكْرِى عَنْ مَسْأَلَتِى أَعْطَيْتُهُ أَفْضَلَ مَا أُعْطِى السَّائِلِينَ وَفَضْلُ كَلاَمِ اللهِ عَلَى سَائِرِ الْكَلاَمِ كَفَضْلِ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ

“Barangsiapa disibukkan dengan mengkaji Al-Qur’an dan menyebut nama-Ku, sehingga tidak sempat meminta kepada-Ku, maka Aku berikan kepadanya sebaik-baik pemberian yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan kalam Allah atas perkataan lainnya adalah seperti, keutamaan Allah atas makhluk-Nya. (HR. Tirmidzi)

Jika seorang hamba Allah terlalu sibuk berdzikir dan berinteraksi dengan Alqur'an sehingga tidak punya kesempatan untuk berdoa, maka Allah menjamin akan memberikan kepadanya sesuatu yang lebih berharga daripada yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang lain yang berdoa.

  1. Menghafal al-Qur'an termasuk sunnah muakadah (sunnah yang sangat dianjurkan)
إِنَّ الَّذِى لَيْسَ فِى جَوْفِهِ شَىْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ كَالْبَيْتِ الْخَرِبِ

“Sesungguhnya orang yang tidak terdapat dalam rongga badannya sesuatu dari Al-Qur’an adalah seperti rumah yang roboh.” (HR. Tirmidzi)

Maksud hadits ini ialah anjuran dan seruan untuk menghafal surah-surah lain dari Alqur'an. Dari hadits tersebut dapat difahami pula bahwa menghafal surah-surah Al-qur'an merupakan sunnah muakkadah (sunnah yang sangat ditekankan).

  1. Sebagai pembeda kedudukan saat di akhirat
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَأُ بِهَا 

"Pada hari kiamat nanti akan dikatakan kepada pembaca Alqur'an: bacalah dan naiklah sebagimana engkau terus menerus meningkat dalam membaca Alqur'an di dunia. Kedudukanmu di akhirat ini setinggi bacaan Al-Qur'anmu". (HR. Tirmidzi dan Abu Daud).

Di antara amal perbuatan yang membedakan kedudukan setiap mukmin di akhirat nanti ialah membaca dan menghafal Alqur'an. Semakin banyak seorang mukmin berinteraksi dengan Alqur'an akan semakin tinggi derajat dan kedudukannya di dalam sorga nanti.

  1. Pahala membaca dan mengamalkan isi Al-Quran juga menjangkau kedua orang tuanya yang mukmin
مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَعَمِلَ بِمَا فِيهِ أُلْبِسَ وَالِدَاهُ تَاجًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ضَوْؤُهُ أَحْسَنُ مِنْ ضَوْءِ الشَّمْسِ فِى بُيُوتِ الدُّنْيَا لَوْ كَانَتْ فِيكُمْ فَمَا ظَنُّكُمْ بِالَّذِى عَمِلَ بِهَذَا 

"Siapa saja yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkan isinya niscaya pada hari kiamat nanti kedua orang tuanya akan dipakaikan mahkota yang cahayanya lebih terang daripada sinar matahari yang menerangi rumah-rumah di dunia. Bayangkanlah oleh kalian bagaimana kebesaran pahala bagi orang tua yang juga mengamalkannya". (H.R. Abu Daud)

Hadis ini menjelaskan bahwa pahala orang yang mempelajari, mengkaji, dan mengamalkan kandungan Alqur'an tidak hanya terbatas bagi dirinya sendiri, namun menjangkau kedua orang tuanya yang mukmin.

  1. Mendapatkan jaminan keamanan dari Allah Azza wa Jalla
 اِقْرَؤُوا الْقُرْآنَ فَإنَّ اللهَ تَعَالَى لَا يُعَذِّبُ قَلْبًا وَعَى الْقُرْآنَ وَإِنَّ هذَا الْقُرْآنَ مَأدَبَةُ اللهِ فَمَنْ دَخَلَ فِيْهِ فَهُوَ آمَنَ وَمَنْ أَحَبَّ الْقُرْآنَ فَلْيُبْشِرْ

“Bacalah Al-Qur’an karena Allah tidak menyiksa hati yang menghayati Al-Qur’an. Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah jamuan Allah, maka siapa yang masuk di dalamnya, dia pun aman. Dan siapa mencintai Al-Qur’an, maka berilah kabar gembira.” 


B.  Jadikan al-Quran sebagai pedoman hidup kita

Al-Quran merupakan Kalamullah yang diturunkan untuk petunjuk dan pedoman kehidupan manusia. Petunjuk Al-Quran digaransi “terjamin” kesempurnaannya dan terjaga kemurniannya. 

Krisis kehidupan terjadi ketika Al-Qur'an ditinggalkan. Mereka kembali jika tidak ada lagi solusi. Berarti Al-Quran sebagai “cahaya kehidupan” seharusnya menjadi pemandu langkah mereka untuk keselamatan kehidupan di dunia dan akhirat nanti. 

Saat seseorang kembali ke al-Quran ketika sudah “tersandung dan jatuh”, maka perhatikan peringatan keras dari Nabi berikut :

الْقُرْآنُ شَافِعٌ مُشَفَّعٌ، ومَاحِلٌ مُصَدَّقٌ. فَمَنْ جَعَلَهُ إِمَامًا قَادَهُ إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَنْ جَعَلَهُ خَلْفَهُ سَاقُهُ إِلَى النَّارِ

“Al-Qur’an adalah pemberi syafaat yang akan dikabulkan permohonan syafaatnya. Dan pembela yang akan diterima pembelaannya. Barang siapa yang memposisikan al-Qur’an di depannya; maka kitab suci ini akan mengantarkannya ke surga. Namun barang siapa yang memposisikan al-Qur’an di belakangnya; niscaya kitab suci ini akan mendorongnya ke neraka”. (HR. Ibnu Hibban).

Yang dimaksud dari memposisikan al-Qur’an di depan, adalah mengamalkan isinya. Sedangkan memposisikan al-Qur’an di belakang, maksudnya adalah tidak mengamalkan isinya. (lihat : Faidh al-Qadir Syarh al-Jami' al-Shaghir, al-Munawiy : IV/535)

Maka sungguh amat celaka dan merugi, orang-orang yang tidak pernah mengindahkan petunjuk al-Qur’an dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk itu, marilah kita kembali menjalani kehidupan yang qur'ani dengan cara membiasakan membaca al-Qur'an, menghayati dan memahami maknanya dan mengamalkan isi kandungannya.  Karena ketahuilah, membaca al-Qur’an termasuk ibadah yang terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dan merupakan ketaatan yang paling utama. Membacanya sangatlah besar pahalanya. 


Demikianlah keutamaan membaca dan menghafal Al Qur’an. Mudah-mudahan Allah membimbing kita semua ke jalan yang diridhoi-Nya

Wallaahu A'lam bish Showaab

al-Hikmah Tegal



ARTIKEL TERKAIT

Posting Komentar