ZHsUuqapmVq6WEAviVpqkm2vfcrvCXMDInLmHdSj

ADAB MENGAJAR AL-QURAN

Daftar Isi [ Buka ]

 

Pedoman mengajar al-Quran

Assalamu'alaikum wa Rahmatullahi wa Barakaatuh

Mendidik merupakan amal yang mulya. Namun menjadi seorang pendidik ternyata tak cukup hanya bermodalkan pandai atau menguasai ilmu yang diajarkan. Ada hal lain yang tidak kalah pentingnya, yakni adab. Bahkan dikatakan, pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu. 

Untuk itu menjadi sangat penting bagi seorang pendidik/pengajar mengetahui dan mempraktekkan adab-adab guru, agar kelak murid-muridnya mendapatkan ilmu yang penuh kemanfaatan dan keberkahan. Terlebih lagi bagi seorang pengajar al-Quran yang notabene sebagai Kalamullah yang syarat dengan akhlak-akhlak mulia

Berikut ini adalah diantara adab-adab pengajar al-Quran yang perlu dijadikan pedoman. Admin menukilnya dari kitab At-Tibyaan fii Adaabi Hamalati al-Quran, karya Imam Nawawi. Admin kutip bahasan ini agar dapat diambil manfaat besar terkhusus bagi para pengajar Quran. 

Tulisan sederhana ini hanyalah sekedar mengambil pokok-pokok bahasannya saja dengan maksud agar tulisan ini tidak terlalu panjang. Selengkapnya Anda bisa membaca langsung kitabnya di sini

Adab Mengajar Quran


  1. Mengharapkan keridhaan Allah swt
Adab yang pertama dan yang utama ini dilandaskan pada Firman Allah dalam QS. Al-Bayyinah [98] : 5 : Padahal mereka tidak disuruh kecuali untuk menyembah Allah swt dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan  sembahyang dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang  lurus.”  (QS Al-Bayyinah 98:5) 

Juga hadis shahih : Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya dan sesungguhnya setiap orang mendapat apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari-Muslim)

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, berkata : “Sesungguhnya manusia diberi ganjaran sesuai dengan niatnya

Abu Qasim AlQusyairi rahimahullah berkata: “ikhlas itu adalah membersihkan perbuatan dari perhatian makhluk.” 

Huzaifah Al-Mar’asyi rahimahullah berkata : “Ikhlas ialah kesamaan antara perbuatan-perbuatan hamba secara lahir dan batinnya.”

Dzin Nun rahimahullah berkata: “Tiga perkata merupakan tanda ikhlas yaitu : (1) sama saja tidak terpengaruh oleh pujian dan celaan orang banyak; (2) lupa melihat di antara amal-amal; dan (3) mengharap pahala amal-amalnya di akhirat.”


  1. Hendaknya seorang guru tidak memiliki tujuan dengan ilmu yang dimilikinya untuk mencapai kesenangan dunia berupa harta atau ketenaran, kedudukan, keunggulan atas orang lain, pujian dari orang lain, atau ingin mendapatkan perhatian orang lain dan hal-hal lainnya

Allah berfirman : “Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian daripada keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat.” (QS Asy-Syuura [26] : 20) 

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallama bersabda : “Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu (belajar agama) seharusnya yang diharap hanyalah ridha Allah, tetapi ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari kiamat.” (HR. Abu Dawud)

  1. Hendaklah guru waspada agar tidak memaksakan banyak orang yang belajar dan yang datang kepadanya

Hendaklah seorang guru tidak membenci murid-muridnya yang belajar kepada orang lain selain dirinya. Ini merupakan realita musibah yang menimpa sebagian pengajar yang rusak batinnya. 

Dari Ali bin Abu Thalib radhiyallahu anhu, berkata: “Wahai orang-orang berilmu! Amalkanlah ilmumu karena orang alim itu ialah orang yang mengamalkan apa yang diketahuinya dan ilmunya sesuai dengan amalnya. 

Imam Asy-Syafi’i radhiyallahu anhu berkata : “Aku berharap orang yang belajar ilmu dan kitabku, kiranya dia tidak menisbahkan kepadaku satu huruf pun daripadanya.”

  1. Memiliki akhlak yang baik yang telah disyariatkan agama
Hendaknya seorang guru memiliki adab-adab syara' yang baik dan diridhoi oleh Allah, seperti zuhud terhadap keduniaan dan mengambil sedikit daripadanya, tidak mempedulikan dunia dan pecintanya, bersifat pemurah dan dermawan, wajah yang berseri-seri, penyantun, sabar, bersikap wara', khusyu', tenang, berwibawa, rendah hati dan tunduk, menghindari tertawa dan tidak banyak bergurau. Juga, selalu mengerjakan amalan-amalan syar’iyah, membersihkan kotoran dan rambut, mencukur kumis dan kuku, menyisir jenggot, menghilangkan bau busuk dan menghindari pakaian-pakaian tercela

Dan hendaknya seorang guru selalu memperhatikan Allah swt dalam kondisi sunyi ataupun ramai, dan memelihara sikap tersebut secara konsisten, serta hendaklah selalu bersandar kepada Allah swt dalam semua urusannya. Juga hendaklah dia menjauhi sifat dengki, riya, sombong dan suka meremehkan orang lain, meskipun tingkatan orang itu di bawahnya.

  1. Selalu memberikan nasihat kepada muridnya dan mengingatkan mereka akan keutamaan belajar al-Qur'an
  2. Menyayangi mereka sebagaimana menyayangi anak dan dirinya sendiri
  3. Sabar menghadapi kelakuan mereka yang buruk dan memaafkan atas kelakuannya itu
  4. Tidak menyombongkan diri kepada mereka, sebaliknya bersikaplah lemah-lembut dan rendah hati terhadap mereka. 
Nabi bersabda : "Bersikaplah lemah-lembut kepada orang yang kamu ajari dan guru yang mengajari kamu.” . 

Abu Ayub As-Sakhtiyani rahimahullah, berkata : “Patutlah orang yang alim meletakkan tanah di atas kepalanya karena merendah diri terhadap Allah Azza wa Jalla.”

  1. Mendidik mereka secara berangsur-angsur dengan adab-adab yang luhur dan melatih mereka perkara-perkara kecil yang terpuji. Juga, hendaklah seorang guru memberitahu kepada murid-muridnya bahwa dengan sebab itulah akan terbuka cahaya makrifat di atasnya, dadanya menjadi lapang, memancar dari hatinya sumber-sumber hikmah dan pengetahuan, dan Allah swt akan memberikan berkah pada ilmu dan perbuatannya dan memberikan petunjuk pada setiap perbuatan dan perkataannya.
  2. Seorang guru semestinya mementingkan pengajaran untuk mereka dengan melebihkannya di atas kemaslahatan atas dirinya yang bersifat duniawi yang bukan keperluan utama 
  3. Memberikan pengajaran sesuai kapasitas murid-muridnya, dan tidak pilih kasih diantara mereka
  4. Jika ditemukan seorang murid yang kurang perhatian, maka seorang guru bisa menegurnya dengan lemah-lembut selama dia tidak takut murid itu akan lari. 
  5. Tidak mempunyai sifat dengki kepada salah seorang dari muridnya karena kepandaian murid yang menonjol, dan janganlah guru mengganggap dirinya istimewa karena nikmat yang dianugerahkan Allah swt kepadanya.
  6. Jika jumlah muridnya banyak, maka dahulukan yang pertama, kemudian yang berikutnya. Jika yang pertama rela gurunya mendahulukan lainnya, maka guru dapat mendahulukannya.
  7. Guru senantiasa menunjukkan kegembiraan dan muka yang berseri-seri di depan murid-muridnya, memeriksa keadaan mereka dan menanyakan siapa yang tidak hadir dari mereka.
  8. Tidak menolak mengajari seseorang karena niatnya belum/ tidak benar.
  9. Guru senantiasa menjaga kedua tangannya ketika mengajar dari bermain-maian dan menjaga kedua matanya dari memandang ke mana-mana tanpa keperluan. 
  10. Hendaklah guru duduk dalam keadaan suci menghadap kiblat dan duduk tenang dengan memakai baju yang putih bersih. 
  11. Jika tempat pengajarannya di masjid, maka awalilah dengan sholat 2 rakaat sunnah 
  12. Hendaklah seorang guru mempunyai majlis atau ruang kelas yang luas agar murid-muridnya dapat duduk dengan nyaman. Nabi bersabda : “Sebaik-baik majlis ialah yang paling luas.” (HR. Abu DAwud)



Demikianlah adab-adab seorang guru / pengajar al-Quran pada khususnya yang perlu  diketahui. Adab-adab tersebut tampaknya dapat dijadikan pedoman pula bagi guru pada umumnya. 

Insya Allah akan dilanjut dengan bahasan adab-adab murid yang sedang belajar al-Qur'an. 

Mudah-mudahan bermanfaat dan mudah-mudahan Allah membimbing kita semua ke jalan yang diridhoi-Nya

Wallaahu A'lam bish Showaab

al-Hikmah Tegal



Di upload oleh #alhikmahtegal #majlis talim al-hikmah tegal #ponpes alhikmah tegal.

ARTIKEL TERKAIT

Posting Komentar