ZHsUuqapmVq6WEAviVpqkm2vfcrvCXMDInLmHdSj

MASA HAMIL

Daftar Isi [ Buka ]
fiqh wanita

Assalamualaikum

Bagaimana kabar sobat HT ??? Semoga senantiasa dalam keadaan sehat dan dalam keberkahan selalu. Pada bahasan sebelumnya, kita sudah bersama-sama belajar perihal Haidl. Bagi yang tertinggal, bisa membacanya di SINISelanjutnya, kali ini kita akan belajar bersama perihal kehamilan dan kelahiran bayi. 

Para ulama sejak dulu sudah memberikan perhatian khusus perihal masa kehamilan. Ini menunjukkan pasti ada kepentingan syariat mengenai hukum suatu hal dalam perkara tersebut, seperti dalam hal nasab, perwalian, dan warisan

A.  Masa Hamil

Minimal masa hamil adalah enam bulan lebih sedikit (waktu bersetubuh dan melahirkan). Masa itu terhitung mulai dari waktu yang mungkin digunakan suami istri bersetubuh setelah akad nikah. 

Sedangkan pada umumnya, masa hamil adalah sembilan bulan, dan paling lamanya adalah empat tahun. [1]

Dengan demikian, jika ada bayi yang lahir setelah enam bulan setelah pernikahan, maka nasabnya ikut suami, demikian  pula jika lahir sebelum empat tahun dari masa cerai atau wafat. Berbeda jika lahir sebelum masa enam bulan dari pernikahan atau setelah empat tahun dari perceraian atau wafat, maka Nasabnya tidak pada suami. [2]

Menurut Syaikh Bujairimi, bulan yang dibuat ukuran minimal, umum dan minimal masa hamil adalah 30 hari, tidak memakai bulan penanggalan. [3]

B.  Masa Lamanya Hamil

B.1. Pendapat Para Ulama Fiqh

Berkaitan dengan masa paling lamanya hamil, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Salah satunya sebagai dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Asy-Syinqity rahimahullah dalam kitabnya Adhwa’ul Bayan : 2/227

أما أكثر أمد الحمل فلم يرد في تحديده شيء من كتاب ولا سنة، والعلماء مختلفون فيه، وكلهم يقول بحسب ما ظهر له من أحوال النساء. فذهب الإمام أحمد، والشافعي إلى أن أقصى أمد الحمل: أربع سنين، وهو إحدى الروايتين المشهورتين عن مالك، والرواية المشهورة الأخرى عن مالك: خمس سنين، وذهب الإمام أبو حنيفة إلى أن أقصاه: سنتان، وهو رواية عن أحمد، وهو مذهب الثوري، وبه قالت عائشة رضي الله عنها، وعن الليث: ثلاث سنين، وعن الزهري: ست، وسبع، وعن محمد بن الحكم: سنة لا أكثر، وعن داود: تسعة أشهر

Adapun lama waktu maksimal kehamilan maka tidak ada batasannya dalam Al-Quran dan Sunnah, ulama juga berselisih dalam hal ini, masing-masing berpendapat sesuai dengan apa yang nampak bagi mereka pada keadaaan wanita (di zaman mereka-pent).

Imam Ahmad dan Imam Syafi’i berpendapat waktu terlama adalah empat tahun dan salah satu riwayat pendapat yang masyhur dari Imam Malik, sedangkan riwayat masyhur yang lain adalah lima tahun. Imam Abu Hanifah berpendapat dua tahun, ini riwayat dari Ahmad, madzhabnya Ats-Tasuri dan perkataan ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Pendapat Laits tiga tahun, pendapat Az-Zuhri enam tahun dan tujuh tahun dan pendapat Muhammad bin Al-Hakim satu tahun tidak lebih dan pendapat Dawud yaitu sembilan bulan.” [4]

B.2. Pendapat Yang Kuat

Menyikapi perbedaan pendapat para ulama dalam hal masa paling lamanya hamil, cukup menarik kalau kita melihat pendapat Syaikh Ibnu Rusyd rahimahullah berikut :

وهذه المسألة مرجوع فيها إلى العادة والتجربة. ويقول ابن عبد الحكم والظاهرية هو أقرب إلى المعتاد، والحكم إنما يجب أن يكون بالمعتاد لا بالنادر، ولعله أن يكون مستحيلا.

Masalah ini kembali kepada adat/ kebiasaan dan pengalaman, ini pendapat Ibnu Abdil Hakam dan Adz-Dzahitiyah, dan lebih dekat kepada apa yang menjadi kebiasaan. Dan hukumnya wajib berdasarkan apa yang menjadi kebiasaan bukan yang jarang-jarang terjadi, karena hal itu bisa menjadi mustahil.” [5]

B.3. Pendapat Ilmu Kedokteran Modern

Dokter Makmun Syaqfah dalam bukunya : al-Qarrar al-Makin hal. 73, berkata :

أما الأطباء فيرون أن الحمل لا يتأخر عن الموعد المعتاد إلا فترة وجيزة لا تزيد عن أسبوعين أو ثلاثة غالباً … فإذا تأخَّرت عن الأسبوع ٤٢ نقصت وأصبح الجنين في خطر حقيقي

“Para dokter berpendapat bahwa kehamilan tidak akan lebih dari waktu kelahiran yang biasa (sembilan bulan) kecuali waktu yang sebentar saja, 2 atau 3 minggu pada umumnya…jika lebih dari 42 minggu maka akan berkurang (tidka sempurna) dan janin berada dalam keadaan bahaya.

C.  Hukum Aborsi (Pengguguran Bayi)

Aborsi yang di lakukan setelah usia kandungan 120 hari (setelah ditiupnya ruh), hukumnya haram. Sedangkan aborsi sebelum kandungan berusia 120 hari, terjadi perbedaan pendapat antara ulama’. Menurut Imam Ibnu Hajar (pendapat yang kuat) hukumnya haram.

D.  Hukum Penggunaan Alat Kontrasepsi.

Menggunakan alat kontrasepsi, baik berupa pil, obat suntik atau spiral hukumnya dirinci  sebagai berikut :
  1. Apabila penggunaan alat itu bisa menyebabkan tidak bisa hamil selamanya, maka haram.
  2. Apabila penggunaan alat kontrasepsi hanya untuk memperpanjang jarak kehamilan dan tidak ada udzur, maka hukumnya makruh.
  3. Apabila penggunaan alat itu untuk memperpanjang jarak kehamilan, dan dilatarbelakangi oleh adanya udzur, seperti demi kemaslahatan merawat anak, khawatir terlantarnya anak dan lain-lain, maka hukumnya tidak makruh. [6]

Demikianlah hal-hal yang berkaitan dengan masa hamil dan hukum-hukum yang terkait dengannya. 

Terima kasih Anda telah membacanya, semoga bermanfaat ..... Jika dirasa manfaat, silakan di share. Dan jika ada kesalahan/ kekeliruan mohon koreksinya.




=============
Referensi :

[1]  Al-Bajuri :  1/113; Al-Bujairimi : I/353)
[2]  I`anah at-Tholibin : IV/49
[3]  Bujairimi : I/346
[4]  Adhwa’ul Bayan : 2/227
[5]  Bidayatul Mujtahid : 4/142
[6]  Al Jamal Alal Manhaj : IV/446-447; Hamisy Fatawi Al-Qubro Al Fiqhiyyah Libnil Hajar al-musamma bi fatawi Ar-romli : IV/203


ARTIKEL TERKAIT

Posting Komentar