ZHsUuqapmVq6WEAviVpqkm2vfcrvCXMDInLmHdSj

ADAB MURID KEPADA GURU, PENTING DIKETAHUI

Daftar Isi [ Buka ]

 

Adab murid terhadap guru


Assalamualaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh

Ikhwanii Fillah, kali ini kita akan belajar bersama tentang adab murid kepada guru setelah sebelumnya kita sudah belajar tentang adab guru

Ibn Hajar al-Asqalani menerangkan bahwa adab adalah menerapkan segala yang dipuji oleh orang, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama juga mendefinisikan, adab adalah menerapkan akhlak-akhlak yang mulia” (Fathul Bari, 10/400).

Sudah semestinya tiap guru memperhatikan adab-adab mengajar. Begitu pula bagi murid yang sedang belajar juga perlu memperhatikan adab belajar, agar ilmu yang didapat kelak dapat bermanfaat dan penuh keberkahan

Ilmu yang sedikit namun diiringi dengan unsur adab itu lebih baik daripada ilmu yang banyak namun kosong dari unsur adab
Berikut ini adalah diantara adab-adab murid terhadap guru yang perlu dijadikan pedoman. Admin menukilnya dari kitab At-Tibyaan fii Adaabi Hamalati al-Quran, karya Imam Nawawi. Admin kutip bahasan ini agar dapat diambil manfaat besar terkhusus bagi seseorang yang sedang belajar al-Quran. Meski dalam kitab tersebut dikhususkan untuk murid yang sedang belajar dan menghafal al-Quran, namun dapat pula dijadikan pedoman bagi siapa saja yang sedang menuntut ilmu pada umumnya.


Adab Murid Kepada Guru


Menurut Imam Nawawi, semua yang telah disebutkan berkenaan dengan adab pengajar (guru) juga merupakan adab bagi murid. Adab-adab lain bagi seorang murid adalah sebagai berikut :

  1. Hendaklah murid membersihkan hatinya dari noda-noda dosa supaya dapat menerima Al-Qur’an, manghafal dan memanfaatkannya.
Nabi bersabda : “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika daging itu baik, seluruh tubuh menjadi baik. Jika daging itu rusak, seluruh tubuh menjadi rusak. Ingatlah, daging itu ialah hati

"Hati itu menjadi baik dengan ilmu sebagaimana bumi menjadi baik karena dijadikan pertanian.”
  1. Hendaklah murid bersikap rendah hati dan sopan terhadap gurunya, meskipun gurunya lebih muda, kurang terkenal dan lebih rendah nasab dan keturunannya.
Ilmu itu tidak akan didapat oleh seorang yang menyombongkan diri, sebagaimana air bah tidak akan mencapai tempat yang tinggi
  1. Hendaklah murid selalu patuh kepada gurunya dan senantiasa membicarakan urusan tertentu yang penting dengannya.
  2. Hendaklah murid tidak belajar kecuali pada guru yang alim, menonjol keagamaannya, nyata pengetahuannya dan terkenal kebersihan dirinya. 
  3. Hendaklah murid selalu memuliakan gurunya dan meyakini atas kesempurnaan keahlian dan keunggulan gurunya 
Sebagian ulama mutaqaddimin (ulama masa lalu) apabila pergi kepada gurunya, mereka sedekahkan sesuatu seraya berkata: “Ya Allah, tutupilah keburukan guruku dariku dan jangan hilangkan keberkahan ilmunya dariku".

Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib karramallahu wajhah, berkata: “Termasuk kewajibanmu terhadap guru ialah engkau memberi salam kepada orang-orang secara umum dan mengkhususkan salam pada guru dengan suatu penghormatan". 
  1. Hendaklah murid duduk di depan gurunya dan tidak memberi isyarat di dekatnya dengan tangan atau mata (seperti mengedipkan kedua mata)
Saat murid berada di dekat gurunya, juga perlu memperhatikan adab-adab berikut : Tidak berkata kepada gurunya: si fulan berkata lain dari yang engkau katakan; Tidak mengumpat orang lain di dekat gurunya; Tidak bermusyawarah dengan kawan duduk di majlis gurunya; Tidak memegang baju gurunya jika murid hendak berdiri; Tidak mendesak gurunya jika guru sedang terlihat tidak semangat; dan Jangan merasa bosan karena lama bergaul dengan gurunya. 

  1. Hendaklah murid menolak umpatan orang lain terhadap gurunya jika dia mampu. Jika tidak mampu menolaknya, hendaklah dia tinggalkan tempat itu.
  2. Hendaklah murid ketika masuk majlis gurunya memberi salam kepada orang-orang yang sudah hadir dan mengkhususkan kepada gurunya dengan penghormatan tertentu. Hal serupa dilakukan saat meninggalkan majlis gurunya 
  3. Janganlah murid melangkahi bahu orang lain saat berada di majlis guru, tetapi hendaklah dia duduk di mana tempat majlis berakhir, kecuali jika guru mengizinkan baginya untuk maju, atau saat dia yakin bahwa orang-orang yang sudah hadir tidak mempermasalahkan jika dia maju mendekat gurunya
  4. Janganlah murid duduk di tengah halaqah (majlis), kecuali jika ada keperluan.
  5. Janganlah murid duduk diantara dua temannya tanpa izin keduanya. Tetapi jika keduanya melapangkan tempat untuknya, maka bolehlah dia duduk merapatkan dirinya.
  6. Hendaklah murid menunjukkan adab terhadap kawan-kawannya dan orang-orang yang menghadiri majlis gurunya. Hal ini merupakan sikap sopan santun terhadap guru dan pemeliharaan terhadap majlisnya.
  7. Hendaklah murid duduk dihadapan guru dengan cara duduk sebagai seorang pelajar, bukan cara duduknya guru.
  8. Janganlah murid menguatkan suaranya tanpa keperluan, jangan tertawa, jangan banyak bercakap tanpa keperluan, jangan bermain-main dengan tangannya ataupun lainnya. Jangan menoleh ke kanan dan kekiri tanpa keperluan, tetapi menghadap kepada guru dan mendengar setiap perkataannya
  9. Hendaknya murid tidak belajar kepada guru dalam keadaan hatinya sedang sibuk dan dilanda kejemuan, ketakutan, kesedihan, kegembiraan, kehausan, mengantuk, kegelisahan dan hal-hal lain yang dapat menghalangi guru untuk dapat mengajar dengan baik dan serius. Sebaliknya, mestinya murid memanfaatkan waktu-waktu di mana gurunya dalam keadaan sempurna kondisinya;
  10. Menahan diri atas ketegasan guru dan keburukan akhlaknya. Janganlah hal itu menghalanginya untuk tetap ta'dzim (hormat) kepada gurunya.
  11. Hendaklah murid mentakwilkan perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan dzahir gurunya yang kelihatan tidak baik dengan takwil-takwil yang baik.
  12. Jika gurunya berlaku kasar, hendaklah murid yang lebih dahulu meminta maaf dengan mengemukakan alasan kepada guru dan menujukkan bahwa dialah yang patut dipersalahkan. Hal itu lebih bermanfaat baginya di dunia dan di akhirat serta lebih membersihkan hati guru.
Dikatakan, “Barangsiapa tidak sabar menghadapi kehinaan ketika belajar, maka sepanjang hidupnya tetap dalam kebodohan. Dan barangsiapa yang sabar menghadapinya, maka dia akan mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat.” 

Senada dengan nasihat itu, Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata: “Aku menjadi hina sebagai pelajar dan menjadi mulia sebagai guru.”

  1. Gemar dan tekun menuntut ilmu pada setiap kesempatan dan tidak merasa puas dengan ilmu yang sudah didapat dari gurunya
  2. Janganlah murid memaksakan dirinya melakukan sesuatu di luar batas kemampuannya. Hal ini dimaksudkan agar tidak muncul kebosanan dan menjadi hilang apa yang sudah diperolehnya. 
  3. Jika murid telah tiba di majlis gurunya, dan ternyata gurunya tidak di tempat, maka tunggulah
  4. Jika murid mendapati guru sedang tidur atau sibuk dengan sesuatu yang penting, janganlah minta izin untuk masuk, tetapi bersabar menunggunya sehingga gurunya bangun atau selesai dari kesibukkannya.
  5. Hendaklah murid memotivasi dirinya dengan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu saat waktu lapang/ longgar, dalam keadaan giat dan kuat, cerdas pikiran dan sedikit kesibukkan, sebelum nampak tanda-tanda ketidakmampuan dan sebelum mencapai kedudukan yang tinggi.
Amirul Mukminin Umar Ibn Al-Khattab ra berkata: “Tuntutlah ilmu sebelum kamu menjadi pemimpin. Yakni bersungguh-sungguhlah dengan segenap kemampuanmu ketika kamu menjadi pengikut sebelum menjadi pemimpin yang diakui, kamu enggan belajar lantaran kedudukanmu yang tinggi dan  pekerjaanmu yang banyak".

Inilah makna perkataan Imam Asy-Syafi’i radhiyallahu anhu: “Tuntutlah ilmu sebelum engkau menjadi pemimpin. Jika engkau sudah menjadi pemimpin, maka tiada lagi waktu untuk menuntut ilmu.”

  1. Hendaklah murid pergi belajar kepada gurunya di waktu pagi hari. Nabi bersabda : “Ya Allah, berkatilah umatku pada waktu pagi hari.”
  2. Hendaklah murid memelihara bacaan hafalannya dan tidak mengutamakan orang lain pada waktu gilirannya, karena mengutamakan orang lain dalam hal ibadah adalah makruh. Lain halnya dengan kesenangan nafsu, maka hal itu disukai. Jika guru melihat adanya maslahat/ kebaikan dalam mangutamakan orang lain, kemudian menasihati muridnya agar berbuat demikian, maka murid perlu mematuhi perintahnya.
  3. Janganlah murid merasa iri hati kepada seorang kawannya karena suatu keutamaan yang dianugerahkan Allah s.w.t kepadanya dan janganlah murid membanggakan dirinya atas sesuatu yang diistemewakan Allah s.w.t baginya. 
Cara menghilangkan kebanggaan itu ialah dengan mengingatkan dirinya bahwa dia tidak mencapai hal itu dengan daya dan kekuatannya sendiri, tetapi merupakan anugerah dari Allah s.w.t. Tidaklah patut dia membanggakan sesuatu yang tidak diciptakannya, melainkan diamanahkan oleh Allah s.w.t padanya.

Adapun cara untuk menghilangkan iri hati ialah dengan menyadari bahwa hikmah Allah s.w.t, menghendaki untuk memberikan keutamaan tertentu kepada orang yang dikehendaki-Nya. Maka patutlah dia tidak menyanggahnya dan tidak membenci hikmah yang sudah ditetapkan Allah s.w.t 



Demikianlah adab-adab seorang murid/ pelajar yang perlu  diketahui. Adab-adab tersebut dapat dijadikan pedoman pula bagi seseorang yang sedang belajar materi pada umumnya. 

Dengan penerapan adab dalam tiap keadaan, pada hakikatnya seseorang sedang menjaga nilai dan kualitas diri sebagai orang yang berilmu di tengah-tengah masyarakat. Maka menjadi tugas bersama untuk selalu mengingatkan diri dan orang lain akan pentingnya penerapan adab dalam setiap tindakan.

Mudah-mudahan tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dan mudah-mudahan Allah membimbing kita semua ke jalan yang diridhoi-Nya

Wallaahu A'lam bish Showaab


al-Hikmah Tegal



Di upload oleh #alhikmahtegal #majlis talim al-hikmah tegal #ponpes alhikmah tegal.

ARTIKEL TERKAIT

Posting Komentar