ZHsUuqapmVq6WEAviVpqkm2vfcrvCXMDInLmHdSj

Cara Bergaul dalam Islam Sesuai Ajaran Al-Quran: Hadapi Perlakuan Buruk dengan Bijak

Daftar Isi [ Buka ]
cara bergaul dalam islam

Dalam kehidupan sehari-hari, bergaul dalam masyarakat acap kali menghadirkan tantangan. Kita tidak jarang dihadapkan pada situasi yang tidak mengenakkan atau bahkan mendapat perlakuan buruk dari orang lain. Sebagai manusia, wajar jika muncul reaksi emosional. Namun, apakah kita harus melampiaskannya dengan amarah?

Tentu tidak. Rasulullah SAW telah mengajarkan cara menyikapinya dengan jiwa yang bersih dan penuh keteladanan. Pedoman hidup kita, Al-Quran, telah mengatur dengan sangat jelas adab bergaul dalam masyarakat yang penuh hikmah.

Salah satu ayat yang menjadi fondasi dalam hal ini adalah QS. Al-A'raf ayat 199. Mari kita renungkan bersama:

خُذِ ٱلْعَفْوَ وَأْمُرْ بِٱلْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْجَٰهِلِينَ

"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh."

Ayat yang singkat ini sarat dengan makna. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di dalam kitab tafsirnya, Taisirul Karimirrahman, menjelaskan bahwa ayat ini mencakup akhlak mulia yang patut kita terapkan dalam berinteraksi dengan sesama.

Beliau menguraikannya menjadi tiga prinsip utama yang dapat kita jadikan sebagai cara bergaul yang penuh berkah.

1. Jadilah Pemaaf (Al-'Afwu)

Kunci pertama dalam cara bergaul adalah memiliki sifat pemaaf. Makna 'afwu' di sini sangatlah dalam. Ini bukan sekadar memaafkan, tetapi juga bersikap samahah (toleran). Artinya, kita diajarkan untuk:

  • Memaklumi kesalahan orang lain dan tidak membesar-besarkannya.
  • Bersyukur dan berterima kasih atas kebaikan yang dilakukan orang lain, sekecil apa pun.
  • Menutupi aib dan kekurangan orang lain, bukan mencari-carinya.
  • Tidak bersikap sombong kepada siapapun, baik kepada anak kecil, orang yang dianggap kurang pandai, ataupun mereka yang kurang mampu secara materi.

Intinya, kita diajak untuk bergaul dengan kelembutan dan sikap yang sesuai dengan kondisi lawan bicara, sehingga dapat menenteramkan hati mereka. Inilah pondasi hubungan sosial yang sehat.

2. Perintahkan kepada yang Ma'ruf

Cara bergaul yang kedua adalah aktif mengajak pada kebaikan. Perintah untuk "menyuruh yang ma'ruf" bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk:

  • Menyebarkan Ilmu: Berbagi pengetahuan yang bermanfaat, baik ilmu agama maupun dunia.
  • Mendorong Amal Kebaikan: Mengajak untuk mendirikan shalat, menyambung silaturahmi, berbakti kepada orang tua, dan mendamaikan perselisihan.
  • Memberi Nasihat: Menyampaikan nasihat dengan cara yang baik dan bijaksana.
  • Bersinergi dalam Kebaikan: Saling tolong-menolong dalam hal kebajikan dan ketakwaan.

Dengan menjadi pribadi yang aktif menebar kebaikan, kita tidak hanya memperbaiki diri sendiri tetapi juga ikut membangun lingkungan masyarakat yang lebih positif.

3. Berpaling dari Orang-Orang yang Bodoh (Jahil)

Prinsip ketiga ini seringkali disalahpahami. "Berpaling" bukan berarti mengisolasi diri atau bersikap dingin. Makna "berpaling" di sini adalah tidak membalas kebodohan dengan kebodohan yang sama.

Saat menghadapi orang yang bersikap jahil (bodoh, kasar, atau provokatif), cara terbaik adalah dengan tidak terpancing. Bagaimana praktiknya?

  • Jika disakiti dengan perkataan, jangan balas menyakiti.
  • Jika seseorang kikir kepadamu, justru berilah dia.
  • Jika seseorang memutus hubungan, justru sambunglah kembali.
  • Jika dizalimi, tetaplah berusaha untuk berbuat adil.

Ini adalah bentuk kekuatan sejati. Dengan berpaling, kita memutus rantai keburukan dan menjaga hati serta martabat kita tetap bersih.

Kesimpulan: Tiga Pilar Utama Cara Bergaul

Ketiga sikap ini—memaafkan, mengajak pada kebaikan, dan berpaling dari kebodohan—adalah pilar utama dalam bermuamalah dengan manusia. Ketiganya saling terkait dan melengkapi. Sifat pemaaf memudahkan kita untuk mengajak pada kebaikan, dan saat ajakan itu ditolak atau bahkan dibalas dengan gangguan, kita memiliki "senjata" untuk berpaling dengan bijak.

Dengan menerapkan 3 cara bergaul yang diajarkan Al-Quran ini, insya Allah kita akan mampu menjalani kehidupan sosial dengan lebih tenang, penuh hikmah, dan senantiasa mendapat ridha-Nya.


ARTIKEL TERKAIT

Posting Komentar