
Di tengah fenomena masyarakat yang terkadang mudah main hakim sendiri, sikap lemah lembut bagai oase di padang pasir. Seringkali, sebuah kesalahan tidak selalu lahir dari niat jahat, tetapi bisa jadi karena keterpaksaan atau ketidaktahuan.
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikan teladan terbaik dalam hal ini. Beliau mengajarkan untuk bersikap lemah lembut, bukan kasar, kepada mereka yang bersalah, terutama jika kesalahan itu timbul dari keterpaksaan.
Sikap Lembut Nabi: Kunci Sukses Dakwah yang Menyebarkan Islam
Salah satu faktor utama kesuksesan dakwah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sehingga Islam dapat diterima dengan luas adalah akhlak beliau yang lemah lembut dan penuh kesabaran.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam QS. Ali Imran: 159:
"Maka berkat rahmat Allah-lah kamu (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu."
Ayat ini jelas menegaskan bahwa andai Rasulullah berdakwah dengan kekasaran, boleh jadi Islam tidak akan sebesar dan secepat ini penyebarannya. Sikap lemah lembut inilah yang menjadi magnet dan daya tarik ajaran Islam.
Contoh Nyata: Sikap Lembut Nabi terhadap Orang Awam yang Keliru
Keteladanan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak hanya dalam teori, tetapi terwujud dalam tindakan nyata. Salah satunya tercermin dalam sebuah riwayat yang diceritakan oleh ‘Abbad bin Syurohbil Radhiallahu‘anhu:
"Kami ditimpa masa paceklik. Lalu aku mendatangi Madinah dan memasuki sebuah kebun. Aku mengambil setangkai buah, menggosoknya untuk dimakan, dan menyimpan sisanya di bajuku. Tiba-tiba datanglah pemilik kebun. Ia memukulku dan mengambil bajuku.
Aku pun mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dan mengadukan hal ini. Maka beliau bersabda kepada si pemilik kebun itu, 'Apakah engkau sudah memberinya makan ketika dia lapar? Atau apakah engkau sudah mengajarinya ketika dia tidak tahu?'
Kemudian, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan pemilik kebun itu untuk mengembalikan bajuku dan memberiku satu atau setengah wasaq makanan." (HR. Ibnu Majah)
Hikmah dan Pelajaran dari Hadis
Dari kisah ini, kita dapat memetik beberapa pelajaran berharga tentang cara menyikapi kesalahan:
1. Mendidik, Bukan Menghardik
Perkataan Nabi, "Apakah engkau sudah mengajarinya ketika dia tidak tahu?" menunjukkan bahwa sikap pertama terhadap orang yang bersalah karena ketidaktahuan adalah memberi pengajaran, bukan langsung menghukum.
2. Mencari Udzur (Alasan yang Membenarkan)
Sabda Nabi, "jika ia kelaparan" dan "jika ia tidak tahu" mengajarkan kita untuk selalu berprasangka baik dan mencari alasan yang bisa membenarkan tindakan saudara kita sebelum menghakimi.
3. Empati dan Bantuan, Bukan Sekadar Hukuman
Perintah Nabi agar pemilik kebun memberi makanan kepada 'Abbad bukanlah bentuk hukuman, melainkan pelajaran tentang empati dan solidaritas sosial.
Kesimpulan: Meneladani Sikap Lembut Nabi dalam Kehidupan Sehari-hari
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap terbaik dalam menyikapi kesalahan orang lain, khususnya yang dilakukan karena ketidaktahuan atau keterpaksaan, adalah dengan lemah lembut.
Bentuknya adalah dengan:
- Memberi pengajaran yang baik, bukan cacian
- Berusaha mencari udzur dan memahami latar belakang masalah
- Menolong kesusahannya, bukan justru menambah bebannya
Dengan meneladani sikap lemah lembut Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, kita tidak hanya mengamalkan sunah, tetapi juga turut menciptakan kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
Semoga kita semua dapat mengamalkan akhlak mulia ini. Aamiin.