
Seorang salik (penempuh jalan spiritual) menuju Allah (Wajib al-Wujud) melalui tahapan-tahapan penting yang harus dijalani. Tanpa melewati tahapan ini, seorang salik tidak akan menemukan tujuan hakikinya.
Dalam kitab Minahus Saniyyah karya Sayyid Abd al-Wahab al-Sya’rani dijelaskan bahwa tahapan pertama dan paling utama adalah taubat dengan penuh istiqomah. Taubat menjadi dasar dari seluruh maqam perjalanan spiritual seorang hamba.
1. Pengertian Taubat
Secara bahasa, taubat berarti meninggalkan. Sedangkan menurut istilah syariat, taubat adalah meninggalkan perbuatan yang dilarang dan menggantinya dengan amal yang terpuji.
Taubat ibarat pondasi rumah. Jika pondasi rapuh, bangunan mudah roboh diterjang badai. Begitu pula perjalanan spiritual tanpa taubat, akan runtuh tanpa kekuatan.
2. Tahapan Taubat
Menurut para ulama, tahapan taubat berjalan secara berurutan:
- Bertaubat dari dosa besar.
- Bertaubat dari dosa kecil, perbuatan makruh, dan hal-hal yang kurang baik.
- Bertaubat dari merasa diri sebagai orang baik.
- Bertaubat dari menganggap diri kekasih Allah.
- Bertaubat dari anggapan bahwa taubatnya sudah benar.
- Bertaubat dari segala kehendak hati yang tidak diridai Allah.
- Puncaknya, bertaubat dari kelalaian walau sekejap dalam mengingat Allah (muhasabah).
3. Cara Bertaubat
Cara taubat yang benar terdiri dari:
- Menyesali dosa yang dilakukan.
- Mengakui kesalahan.
- Berhenti dari dosa tersebut.
- Berniat kuat untuk tidak mengulangi lagi.
Dengan taubat yang sungguh-sungguh, dosa besar maupun kecil akan diampuni oleh Allah, kecuali syirik. Adapun dosa yang terkait dengan sesama manusia, taubat harus dibarengi dengan meminta maaf dan mengembalikan hak orang yang dizalimi.
4. Kedudukan Taubat
Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuli dalam kitab Qomi’ ath-Thughyan menempatkan taubat pada pembahasan pertama. Hal ini menegaskan bahwa taubat adalah pondasi seluruh amal ibadah.
Beliau berkata: “Siapa yang memperkuat taubatnya, Allah akan menjaganya dari segala yang merusak kesucian amalnya.”
"Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu, dan juga orang yang telah taubat besertamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS Hud: 11)
5. Muhasabah (Introspeksi Diri)
Seorang salik hendaknya selalu muhasabah setiap pagi dan sore:
- Apakah mata, lisan, tangan, dan kakinya sudah taat kepada Allah?
- Apakah ia menjauhi maksiat?
Jika masih terjatuh dalam dosa, segera istighfar, menyesali, dan bersyukur karena Allah masih memberi kesempatan bertaubat.
Kesimpulan
Taubat adalah langkah pertama menuju Allah, pondasi seluruh amal, dan kunci kesucian hati. Dengan taubat yang benar, seorang hamba akan dijaga dari dosa, dikuatkan dalam ibadah, dan ditinggikan derajatnya oleh Allah.
➡️ Tahapan selanjutnya setelah taubat adalah meninggalkan perkara mubah. Simak penjelasan selengkapnya dalam artikel: Meninggalkan Perkara Mubah dalam Perjalanan Spiritual.
FAQ seputar Taubat
Taubat nasuha adalah taubat yang dilakukan dengan penuh penyesalan, berhenti dari dosa, bertekad tidak mengulangi, dan memperbaiki amal. Inilah taubat yang paling dianjurkan dalam Islam.
Ya, semua dosa akan diampuni Allah jika taubat dilakukan dengan ikhlas, kecuali dosa syirik. Untuk dosa kepada manusia, harus disertai dengan meminta maaf dan mengembalikan haknya.
Waktu terbaik adalah segera setelah melakukan dosa, tanpa menundanya. Namun, waktu yang paling utama adalah pada malam hari terutama di sepertiga malam terakhir, ketika doa lebih mustajab.
Daftar Pustaka:
- Al-Minah al-Saniyyah ‘ala al-Washiyyah al-Matbuliyyah, Syaikh Abdul Wahhab al-Sya’rani