ZHsUuqapmVq6WEAviVpqkm2vfcrvCXMDInLmHdSj

Makna dan Hukum Muhasabah dalam Islam

Daftar Isi [ Buka ]
Makna dan Hukum Muhasabah dalam Islam

Makna Muhasabah

Imam al-Mawardi رحمه الله berkata:

"Muhasabah adalah mengintrospeksi diri pada malam hari terhadap aktivitas di siang hari. Jika terpuji maka dilanjutkan, jika buruk maka diperbaiki dan ditinggalkan di hari esok." (Adab Dunya wa ad-Din, hlm. 560)

Secara umum, muhasabah berarti akal memperhatikan kondisi jiwa—apakah semakin baik atau justru rusak. Setiap perbuatan ditimbang: untuk apa dan untuk siapa?

  • Jika amal karena Allah عزّوجلّ → diteruskan.
  • Jika bukan karena Allah → dihentikan.

Orang yang bermuhasabah akan segera memperbaiki kelalaian dengan amal kebaikan. (Silsilah A'mal al-Qulub, hlm. 269)

Hukum Muhasabah

Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله menjelaskan:

"Seorang hamba akan dihisab atas pendengaran, mata, dan hatinya sebagaimana firman Allah:

إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan diminta pertanggungjawaban. (QS. al-Isra’ [17]: 36)"

Maka, muhasabah diri hukumnya wajib agar seorang mukmin menyiapkan bekal akhirat.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). (QS. al-Hasyr [59]: 18)

Kesimpulannya, kebaikan hati lahir dari muhasabah, sedangkan hati yang dibiarkan tanpa introspeksi akan rusak.

Klasifikasi Jiwa Manusia

Para ulama membagi jiwa manusia menjadi tiga:

1. Jiwa yang Jelek (An-Nafs al-Ammarah bis-Suu’)

Jiwa yang cenderung memerintahkan keburukan, mengikuti hawa nafsu, dan lalai dari ketaatan.

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ

Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan kecuali yang diberi rahmat oleh Rabbku. (QS. Yusuf [12]: 53)

2. Jiwa yang Tenang (An-Nafs al-Muthmainnah)

Jiwa yang selalu ingat Allah, bertaubat, dan rindu berjumpa dengan-Nya.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ. ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً

Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang ridha dan diridhai. (QS. al-Fajr [89]: 27-28)

3. Jiwa yang Mencela (An-Nafs al-Lawwāmah)

Jiwa yang selalu menyesal, baik ketika melakukan keburukan maupun meninggalkan kebaikan.

لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

Aku bersumpah demi hari kiamat, dan demi jiwa yang amat menyesali dirinya. (QS. al-Qiyamah [75]: 1-2)

Kesimpulan

Muhasabah adalah introspeksi diri yang wajib dilakukan setiap Muslim agar hidupnya selalu terarah menuju ridha Allah. Dengan muhasabah:

  • Jiwa akan bersih dari keburukan.
  • Amal kebaikan semakin terjaga.
  • Hati menjadi tenang, siap menghadapi hari akhir.

Mari jadikan muhasabah sebagai amalan harian agar hati tetap hidup dan terjaga.


Sumber Referensi:
- Adab Dunya wa ad-Din – Imam al-Mawardi
- Ighatsatul Lahfan – Ibnul Qoyyim
- Silsilah A‘mal al-Qulub


ARTIKEL TERKAIT

Posting Komentar