ZHsUuqapmVq6WEAviVpqkm2vfcrvCXMDInLmHdSj

Kisah Inspiratif Muhasabah: Teladan Ulama dan Sahabat untuk Introspeksi Diri

Daftar Isi [ Buka ]
kisah inspiratif muhasabah

Setiap muslim dianjurkan untuk selalu bermuhasabah atau introspeksi diri. Dengan muhasabah, kita bisa menilai amal perbuatan, memperbaiki kesalahan, serta menumbuhkan semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Dalam catatan ini, kami sajikan kisah inspiratif muhasabah dari para sahabat Nabi ï·º dan ulama salaf. Kisah-kisah ini penuh hikmah, sangat relevan untuk kita renungkan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Umar bin Khaththab ra

Anas bin Malik ra. meriwayatkan:

"Suatu hari aku pernah pergi bersama Umar bin Khaththab. Ketika beliau masuk ke sebuah kebun, antara aku dan beliau dipisahkan oleh sebuah tembok. Aku mendengar beliau berkata: Umar bin Khaththab adalah Amirul Mukminin, uh, tidak berguna! Demi Allah, engkau harus taat kepada Allah wahai Ibnu Khaththab, atau jika tidak engkau akan disiksa oleh-Nya!" (Muhasabah an-Nafs No.23, Ibnu Abi Dunya)

2. Hanzhalah al-Usaidi ra.

"Wahai Rasulullah, Hanzhalah telah berbuat nifak!" Rasulullah ï·º bertanya: "Mengapa demikian?" Hanzhalah menjawab: "Jika kami bersamamu, kami selalu ingat surga dan neraka, seakan melihatnya langsung. Namun ketika kembali ke rumah, kami sibuk dengan istri, anak, dan pekerjaan, sehingga kami lalai."

Rasulullah ï·º bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika kalian konsisten dalam keadaan seperti ketika bersamaku, maka para malaikat akan menyalami kalian di jalan-jalan dan di tempat tidur kalian. Akan tetapi, wahai Hanzhalah, ada waktu dan ada waktunya." (HR. Muslim No. 2750)

3. Sufyan bin Uyainah

"Ada seorang salaf berkata kepada saudaranya: Wahai saudaraku, bertakwalah kepada Allah. Jika engkau mampu, janganlah menyakiti orang yang engkau cintai.

Saudaranya bertanya: Apakah ada orang yang menyakiti yang ia cintai? Ia menjawab: Ya, jiwamulah yang paling engkau cintai. Jika engkau bermaksiat kepada Allah, berarti engkau telah menyakiti jiwamu sendiri." (Muhasabah an-Nafs No.96)

4. Abdullah bin Mubarak

Suatu ketika beliau ditanya: "Mengapa engkau tidak duduk bersama kami?" Beliau menjawab: "Aku sedang duduk bersama para sahabat dan tabi’in."

Orang itu bertanya: "Di mana mereka?" Beliau berkata: "Aku membaca dan merenungkan ilmu mereka, sehingga aku merasakan pengaruh amal mereka. Sedangkan jika bersama kalian, kalian hanya sibuk dengan ghibah."(Hilyah Auliya: 8/164)

5. Ibrahim at-Tamimi

"Aku membayangkan diriku di surga, memakan buah-buahannya, minum dari sungainya, dan bersama bidadari. Aku juga membayangkan diriku di neraka, makan dari buah zaqqum, minum cairan api, dan terikat rantai. Aku berkata kepada jiwaku: Wahai jiwa, apa yang engkau inginkan? Jiwaku berkata: Aku ingin kembali ke dunia agar bisa beramal shalih. Maka aku berkata: Engkau hanya berangan-angan, maka beramallah dari sekarang!"(Muhasabah an-Nafs No.34)

Kesimpulan

  • Menasihati diri sendiri lebih penting daripada sibuk menasihati orang lain.
  • Jangan sampai dunia melalaikan kita dari mengingat akhirat.
  • Menjaga jiwa dari maksiat adalah bentuk kasih sayang pada diri sendiri.
  • Membaca kisah ulama bisa menjadi pengganti duduk bersama mereka, asalkan kita mau meneladani amalnya.
  • Jangan menunggu kematian baru ingin beramal, karena kesempatan hanya ada di dunia.

Semoga kisah-kisah ini menjadi pengingat agar kita lebih rajin bermuhasabah dan memperbaiki amal shalih sebelum terlambat.

Sumber Rujukan

  1. Muhasabah an-Nafs No.23, Ibnu Abi Dunya
  2. HR. Muslim No. 2750
  3. Muhasabah an-Nafs No.96
  4. Hilyah Auliya 8/164
  5. Muhasabah an-Nafs No.34

ARTIKEL TERKAIT

Posting Komentar